Apakah aku tentara atau sipil?
Posted on: Juni 9, 2008
- In: curhat | diary
- 3 Comments
Sebagai seorang tentara angkatan ’45 ayahku sering meninggalkan kami untuk bertugas di daerah konflik. Demi menjaga keutuhan bangsa dan negara ini, beliau pernah ditugaskan ke Irian Barat untuk merebut dari pendudukan Belanda (kalo nggak salah sekitar 60’an), ke Timor timur juga pada tahun 70’an, ke Kalimantan dan ke Sumatera. Demi tugas beliau rela meninggalkan ibu dan 10 saudaraku yang masih kecil-kecil (kakakku yang tertua aja lahir pada tahun 1958 dan aku anak no sembilan lahir tahun 1974). Berbulan-bulan meninggalkan keluarga. Mudah-mudahan amal beliau diterima Allah SWT.Amiin. Kami merasakan ada yang hilang bila ayahku sedang bertugas, kami rasa ayah pun merasakan demikian. Mungkin sudah ditakdirkan kami sekeluarga memakai kacamata sehingga tidak seorang pun dari kami bisa mengikuti jejak ayah sebagai seorang tentara.
Sekarang aku pun demikian, seorang pns pusat yang harus siap ditempatkan di seluruh Indonesia. Penempatanku pertama setelah lulus tahun 1997 dari STAN-PRODIP adalah di KPPN Manna. Menikah dengan seorang bidan desa di Kab.Bengkulu Selatan (aku beranggapan orang Jawa atau Sumatera sama saja, Indonesianis banget!!). Ketika anakku berumur 3 tahun aku dimutasikan ke Jakarta pada bulan Agustus tahun 2003.Karena terikat kontrak dengan pemerintah kabupaten isteriku tidak bisa ikut. Satu bulan sekali aku baru bisa pulang ke Manna tempat tinggalku, hanya dua hari di rumah kemudian berangkat ke Jakarta lagi demi tugas. Karena jasa dari bapak Hekinus permintaanku untuk pindah ke KPPN Manna berhasil dikabulkan, hanya satu setengah tahun aku hidup sendiri di Jakarta dan akhir 2004 SK mutasiku terbit.Kembali berkumpul bersama keluarga kecilku. Bahagia sekali rasanya, sulit untuk dibayangkan.
Juli 2006 berdirilah KPPN Mukomuko. Aku sudah “ngomong-ngomong” sama bosku kalau aku tidak berminat ikut detasir karena khawatir didefintifkan di sana. Akhirnya dua orang temanku yang dipanggil untuk mengikuti detasir mempersiapkan kantor yang baru. Aku lega. Bak seorang yang bijak aku memberi wejangan pada salah seorang temanku agar dia bersabar.
September 2006 aku dimutasikan ke KPPN Mukomuko, membuatku terkejut tiada tara tanpa ada petir dan hujan. Baru berkumpul sejenak bersama keluarga kecilku tiba-tiba harus berpisah lagi. Seringkali aku berusaha menenangkan teman-teman yang ikut detasir, eeeh ternyata malah temanku yang dimutasikan ke KPPN Jember dan akulah yang menggantikan dia. Timbul pertanyaan dalam benakku mengingat tugasku berpindah-pindah, “apakah aku tentara atau sipil?”
3 Tanggapan to "Apakah aku tentara atau sipil?"
September 21, 2008 pada 2:43 am
Dear Yudha,
I stumbled upon your blog by accident. It attracted my attention because your father was a member of the military and he actually did his service in amongst many places, East Timor. I am from East Timor and my family suffered terribly from the effects of the war in Timor. But I am not here to lay any blame on your father. I just want to get to know more of the Indonesian people, specially those were affected by the war in Timor. I am particularly interest in your experiences with a military father who serviced in Timor. But anyway, it’s great to know you, even only from this blog.
Much regards,
Alex
PS: I can read Bahasa Indonesia but writing or speaking -wise is very poor.
September 24, 2008 pada 8:29 pm
I’m very glad about your respon Alex. Brother, are there change with your country after get “freedom”?
m4s Yudhaw's Weblog 
Juni 10, 2008 pada 3:05 am
bila kita terus bertanya seprti itu, maka tidak akan ada jawabanyanya. entah siapa yang salah, yang pasti terkadang hidup itu memang tidak adil. kita sering dijadikan bahan mainan seolah-olah tidak ada lagi hak memilih yang kita punya, semtara orang lain menikmati kesengsaraan kita. mau protes kemana?? tidak ada ang akan mendengar kita sebab suara kita hilang bersama upah yang kita butuhkan… berjuanglah terus, setidaknya lakukan demi anak dan istri anda… salam dari malang.